Teks Inspiratif " empati dan simpati seorang anak "
KD 3. 11
Mengidentifikasi isi ungkapan simpati,
kepedulian, empati, atau perasaan pribadi dari teks cerita inspiratif yang
dibaca dan didengar.
EMPATI SANG GADIS KECIL
Istriku berkata kepada aku yang sedang baca koran, “Berapa lama lagi
kamu baca koran itu? Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayang
untuk makan.”
Aku taruh koran dan melihat anak perempuanku satu2nya, namanya Sindu,
tampak ketakutan air matanya mengalir. Di depannya ada semangkuk nasi berisi
nasi susu asam/yogurt (nasi khas India = curd rice). Sindu anak yang manis dan
termasuk pintar dalam usianya yang baru 8 tahun. Dia sangat tidak suka makan
curd rice ini. Ibu dan istriku masih kuno, mereka percaya sekali kalau makan
curd rice ada “cooling effect”.
Aku mengambil mangkok dan berkata:
“Sindu sayang, demi ayah, maukah kamu makan beberapa sendok curd rice
ini? Kalau tidak, nanti ibumu akan teriak2 sama ayah.”
Aku bisa merasakan istriku cemberut dibelakang punggungku. Tangis
Sindu mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya dan berkata:
“Boleh ayah akan aku makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok,
tapi semuanya akan aku habiskan, tapi aku akan minta…” agak ragu2 sejenak…
“….akan minta sesuatu sama ayah bila habis semua nasinya. Apakah ayah mau
berjanji memenuhi permintaanku? ”
Aku menjawab: “Oh, pasti sayang”.
Sindu: “Betul ayah?”
“Yah pasti..” sambil menggenggam tangan anakku yang kemerah mudaan dan
lembut sebagai tanda setuju.
Sindu juga mendesak ibunya untuk janji hal yang sama, istriku menepuk
tangan.
Sindu yang merengek sambil berkata tanpa emosi, “janji” kata istriku.
Aku sedikit khawatir dan berkata:
“Sindu, jangan minta komputer atau barang2 lain yang mahal yah, karena
ayah saat ini tidak punya uang.”
Sindu: “Jangan khawatir, Sindu tidak minta barang2 mahal kok.”
Kemudian Sindu dengan perlahan-lahan dan kelihatannya sangat
menderita, dia bertekad menghabiskan semua nasi susu asam itu. Dalam hatiku aku
marah sama istri dan ibuku yang memaksa Sindu untuk makan sesuatu yang tidak
disukainya..
Setelah Sindu melewati penderitaannya, dia mendekatiku dengan mata
penuh harap dan semua perhatian (aku, istriku dan juga ibuku) tertuju
kepadanya.
Ternyata Sindu mau kepalanya digundulin pada hari Minggu!
Istriku spontan berkata: “Permintaan gila, anak perempuan dibotakin,
tidak mungkin!”
Juga ibuku menggerutu jangan terjadi dalam keluarga kita, dia terlalu
banyak nonton TV. Dan program2 TV itu sudah merusak kebudayaan kita.
Aku coba membujuk: “Sindu, kenapa kamu tidak minta hal yang lain kami
semua akan sedih melihatmu botak.”
Tapi Sindu tetap dengan pilihannya: - “Tidak ada ‘yah, tak ada
keinginan lain.”
Aku coba memohon kepada Sindu:
- “Tolonglah kenapa kamu tidak mencoba untuk mengerti perasaan kami!”
Sindu, dengan menangis, berkata:
- “Ayah sudah melihat bagaimana menderitanya aku menghabiskan nasi
susu asam itu dan ayah sudah berjanji untuk memenuhi permintaan aku. Kenapa
ayah sekarang mau menarik perkataan Ayah sendiri? Bukankah Ayah sudah
mengajarkan pelajaran moral,
bahwa kita harus memenuhi janji kita terhadap seseorang apapun yang
terjadi seperti Raja Harishchandra (raja India jaman dahulu kala) untuk
memenuhi janjinya raja real memberikan tahta, kekuasaannya, bahkan nyawa
anaknya sendiri.”
Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku: - “Janji
kita harus ditepati..”
Secara serentak istri dan ibuku berkata: - “Apakah aku sudah gila?”
Aku: “Tidak, kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan pernah
belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri. Sindu permintaanmu akan kami
penuhi.”
Dengan kepala botak, wajah Sindu nampak bundar dan matanya besar dan
bagus.
Hari Senin aku mengantarnya ke sekolah, sekilas aku melihat Sindu
botak berjalan ke kelasnya dan melambaikan tangan kepadaku sambil tersenyum aku
membalas lambaian tangannya.
Tiba2 seorang anak laki2 keluar dari mobil sambil berteriak: “Sindu,
tolong tunggu saya.”
Yang mengejutkanku ternyata kepala anak laki2 itu botak, aku berpikir
mungkin “botak” model jaman sekarang.
Tanpa memperkenalkan dirinya, seorang wanita keluar dari mobil dan
berkata:
“Anak anda, Sindu, benar2 hebat. Anak laki2 yang jalan bersama-sama
dia sekarang, Harish, adalah anak saya, dia menderita kanker leukemia.”
Wanita itu berhenti berkata-kata, sejenak aku melihat air matanya
mulai meleleh dipipinya:
“Bulan lalu Harish tidak masuk sekolah, karena chemotherapy kepalanya
menjadi botak, jadi dia tidak mau pergi ke sekolah takut diejek oleh teman2
sekelasnya. Nah, minggu lalu Sindu datang ke rumah dan berjanji kepada anak
saya untuk mengatasi ejekan yang mungkin terjadi. Hanya, saya betul2 tidak
menyangka kalau Sindu mau mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku
Harish. Tuan dan istri tuan sungguh mempunyai anak perempuan yang berhati
mulia.”
Aku berdiri terpaku dan tidak terasa air mataku meleleh. Malaikat
kecilku, tolong ajarkanku tentang arti sebuah kasih!
No. Kutipan Cerita
|
Ungkapan yang Dinyatakan
|
1.
Istriku berkata
kepada aku yang sedang baca koran, “Berapa lama lagi kamu baca koran itu?
Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayang untuk makan.”
|
Ungkapan Kepedulian sosok orang tua memberi
makan dan kasih sayang kepada anak.
|
Aku taruh
koran dan melihat anak perempuanku satu2nya, namanya Sindu, tampak ketakutan
air matanya mengalir.
|
Ungkapan Empati Melihat anaknya yang sedang
bersedih.
|
Tanpa
memperkenalkan dirinya, seorang wanita keluar dari mobil dan berkata:
“Anak
anda, Sindu, benar2 hebat. Anak laki2 yang jalan bersama-sama dia sekarang,
Harish, adalah anak saya, dia menderita kanker leukemia.”
Wanita
itu berhenti berkata-kata, sejenak aku melihat air matanya mulai meleleh
dipipinya:
|
Ungkapan Simpati Mendengar Perkataan
Dari Seorang Wanita Yang tidak dikenalnya , Dan Menceritakan anak nya yang
terkena Kanker Leukemia
|
“Bulan
lalu Harish tidak masuk sekolah, karena chemotherapy kepalanya menjadi botak,
jadi dia tidak mau pergi ke sekolah takut diejek oleh teman2 sekelasnya. Nah,
minggu lalu Sindu datang ke rumah dan berjanji kepada anak saya untuk
mengatasi ejekan yang mungkin terjadi. Hanya, saya betul2 tidak menyangka
kalau Sindu mau mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku Harish. Tuan
dan istri tuan sungguh mempunyai anak perempuan yang berhati mulia.”
|
Ungkapan
Peduli & Empati Seorang Teman yang Melihat Teman nya { laki laki } yang selalu di ejek oleh teman teman
sebayanya karna rambut nya botak gara gara terkena penyakit kanker Leukemia,
dan akhirnya teman nya itu { perempuan }
|
BalasHapusMakasih
BalasHapus